Powered By Blogger

Kamis, 08 September 2011

Terlambat Itu Masalah

Jam angkutan umum jurusan Passo- Ambon menunjukkan pukul 07.40 waktu  di kotaku. Aku mulai gelisah.Duduk ku tak tenang , tetapi pandanganku tetap tertuju pada jam digital kecil yang dipasang disamping kemudi mobil angkutan. Terbayang di pikiranku, apa yang akan dilakukan guru terhadapku. Pasti aku akan dimarahi atau mungkin aku akan disuruh berdiri di pojok depan kelas, bahkan aku mungkin akan dikeluarkan. Kegelisahanku semakin bertambah tatkala mobil angkutan umum berwarna biru yang kutumpangi semakin lambat menyusuri jembatan yang baru dibangun.

Aku mencoba membuang pikiran itu, dan mencoba berpikir lebih optimis. “Mungkin saja pelajaran pertama belum dimulai “ pikirku sejenak. Maklum saja, langit dikotaku begitu suram. Hujan deras turun berhari- hari. Kotaku seperti ditutupi hawa dingin, yang mampu membuat bulu roma merinding. Di dalam tas sekolahku, kumasukkan payung dan sendal jepit. Sebagai persiapan jika nanti turun hujan. Sudah beberapa hari ini sekolahku sering kebanjiran jika hujan yang turun sangat besar.

Angkutan umum yang kutumpangi berhenti di sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri. Sekolah ini terletak di depan jalan Wolter Monginsidi, Lateri. Selain itu sekolah negeri ini mempunyai halaman yang asri, hijau dan luas. Sekolah ini adalah SMA Negeri 5 Ambon, tempat di mana aku menimba ilmu. Di Lateri sendiri, ada 3 buah sekolah. Yaitu SMA Negeri 5 Ambon, SMA Negeri 4 Ambon yang letaknya tepat di samping kiri belakang SMA 5 Ambon dan SMK Negeri 6 ambon yang berada tepat dibelakang SMA Negeri 4 Ambon. Sekolahku adalah sekolah yang sangat terkenal di Kotaku. Itu semua karena Sekolahku mendapat gelar Sekolah Model.

Dengan dihantui rasa takut, aku pun berlari menuju kelasku. Sambil berlari aku mengingat jadwal pelajaran hari ini. “ Kesenian, Matematika, Bahasa Inggris “ pikirku sejenak. Kulewati Pos jaga di depan sekolah. “ Yah ampun … hari ini hari jagaku…” aku berbicara dalam hati. Pos jaga kosong, karena para pengurus OSIS mungkin  sudah masuk duluan. Aku adalah pengurus OSIS  seksi bidang V,di sekolahku. Aku benar – benar merasa tidak bertanggung jawab. Langkahku kuteruskan melewati Ruang Pusat Sumber Belajar, Laboratorium Bahasa, dan depan perpustakaan.

Langkahku terhenti di depan perpustakaan. Ku buka tas samping hitamku dan mencari buku Paket Matematika karangan Kartini, penerbit Intan Pariwara yang kupinjam dua hari yang lalu. “ Catatan Seni, Buku Pr Matematika, catatan Bahasa Inggris, Pr Bahasa Inggris, dan Majalah KARTINI berwarna abu- abu dengan model di depan sampul yaitu Nana Mirdad “ kataku sambil terus mencari buku Matemtika itu. “ Dasar Pelupa !!! “ aku mulai marah pada diriku sendiri. Aku terus meneruskan langkahku.

Sambil berlari- lari kecil, kulewati ruang guru, mushola, ruang kelas Sepuluh Satu yang begitu bersih dan rapi.  Di dinding -  dinding kelas terpampang foto para sastrawan seperti Chairil Anwar, Sutan Takdir Alisyahbana dan W.S.Hendra. Jika jam Bahasa Indonesia kami selalu pergi ke kelas ini. Maklum, kelas Sepuluh satu adalah Ruang Bahasa Indonesia I. Kulewati  Kelas Sepuluh Dua yang adalah ruang Sosiologi I, dan  berada tepat di samping kelas Sepuluh Satu. Dan akhirnya sampailah aku di Kelas sepuluh tiga yang tak lain adalah kelasku sendiri. Ruangnya besar dan merupakan ruang Bahasa Inggris I.

Kegelisahanku semakin menjadi – jadi, saat kupandang pintu ruang kelasku tertutup. Tak kedengaran suara apapun.  Itu artinya ada Guru yang sudah masuk.

“ Pasti Guru seni sudah masuk.Hari ini kan jam pertama ,Seni. Matilah aku.” kataku dalam hati. Aku berhenti sejenak , sambil mencoba untuk menenangkan hati dan pikiranku  yang sudah dari tadi  bergejolak, dengan harapan menghilangkan napasku yang sedikit terengah – engah karena panik, gelisah dan takut. Pelan – pelan kuraih tangan pintu kelasku, yang terbuat dari Stainless Stell. Pintu kubuka perlahan namun pasti. Pintu kelas  yang berwarna merah tua itu pun mengeluarkan sedikit suara, yang semakin membuat hatiku semakin bergelonjak.

“ Selamat pagi ibu. “ salamku pada Mentor kelas yang sudah ada lebih dahulu dariku. Aku pun mulai bingung mengapa bukannya Guru Seni yang ada di dalam kelas. Ternyata Mentor sedang mengingatkan teman – temanku agar menuntaskan tugas – tugas di tiap Guru Mata pelajaran. Menurutnya tanggal 30 Mei nanti, sudah diadakan Ulangan Semester 2.
                                                  **********                 
Dengan menggunakan isyarat tangan, Mentor pun menyuruhku berdiri di pojok depan kelas. Aku sangat malu, hanya aku yang terlambat hari ini. Setelah mengisyaratkanku, mentor pun melanjutkan menasihati teman – teman sekelasku. Kupandangi teman – temanku satu persatu. Enci, teman sekelasku yang selalu duduk di deret pertama. Dia hanya senyam -  senyum melihatku. Aku jadi semakin bertambah malu. Ocha, yang duduk di belakang Enci pun tak jauh berbeda dengan Enci. Ocha adalah saudara sepupuku.

Kulanjutkan memandangi mereka. Sekarang malah aku yang senyam -  senyum kecil, ketika kupandangi , Etes , teman lelaki sekelasku yang kuanggap sangat lucu. Tak kuat menahan rasa lucu, aku pun mengalihkan pandanganku dari Etes. Aku pun terus melanjutkan memandangi teman – temanku.  Pandanganku terhenti saat melihat dua buah tempat duduk kosong di pojok kiri belakang kelas. Kedua tempat duduk kosong itu adalah tempat dudukku bersama teman baikku, Yani.
**********
Yani orangnya sedikit cerewet, namun malu – malu. Semenjak ayahnya ditugaskan menjadi Ketua Klasis di Buru, pulau yang lebih besar dari pulau Ambon, ia memilih untuk tinggal bersama kakak sulungnya yang sudah berkeluarga. Ia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakaknya yang kedua dan ketiga kuliah di luar kota. Mereka sering berkumpul saat libur sekolah bulan Juli atau libur Natal bulan Desember nanti.Kami  berdua mempunyai hobi yang sama yaitu menyanyi. Lagu yang sering kami nyanyikan  adalah “ Everything I Have” yang dinyanyikan oleh Clay Aiken, juara American Idol dan lagu berjudul  “My Love “ yang dinyanyikan oleh Band Musik Inggris asal Irlandia, Westlife. Mungkin karena kami mempunyai hobi yang sama, itulah sebabnya mengapa kami sangat akrab, kompak dan selalu bersama – sama.
**********
Aku terkejut saat mataku menabrak seorang gadis dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, berambut lurus pendek sebahu kemerah – merahan yang diikat tinggi dengan ikat rambut berwarna merah muda, berpakaian batik SMA Negeri 5 AMBON khas berwarna hijau terang dan dipesan di Sragen, kacamata bertangkai merah muda , tas samping kuning bermerek Police Line yang akhir – akhir ini sangat terkenal di kotaku, dan berkaus kaki putih bersih tinggi. Ia adalah Yani, teman baikku di dalam kelas.

Belum sempat ia mengucapkan salam, mentor menghentikan pembicaraannya seraya kembali menyuruhnya berdiri di sampingku dengan kembali menggunakan isyarat tangan. Yani jarang terlambat, namun kali ini keterlambatannya membuat hatiku sedikit tenang, karena aku tidak akan dimarahi sendiri.

“ Kok kamu bisa terlambat..?” bisikku pelan pada Yani, takut terdengar oleh mentor yang sedang menasehati teman- temanku dengan serius.

“ Aku terlambat bangun, semalam aku menonton film FTV di SCTV. Ceritanya sangat menarik, dan seru sehingga aku tidak bisa melewatkan jalan ceritanya sedikitpun. “ jawab Yani menanggapi pertanyaanku.

“ Hah…. Kok kita sama. Aku pun begitu. Semalam aku juga menonton film itu.” Jawabku seakan tak percaya, ketika ku tahu bahwa kami sama – sama terlambat gara – gara menonton film sampai larut malam. Kami pun tertawa kecil. Sikap kami membuat teman- teman memandangi kami  berdua, sambil senyam- senyum. Kami pun menjadi bahan tontonan sebagian besar teman – teman sekelas. Untungnya, mentor yang sedang serius menasehati tidak melihat tingkah kami berdua.

Kami  berdua saling berpandangan, dan tertunduk malu. Raut muka kami kemerah-  merahan, karena tak sanggup menatap 20-an pasang bola mata. Setelah lama berdiri di pojok depan kelas, kami pun diperintahkan untuk duduk. Kali ini mentor kembali menggunakan isyarat tangan. Lega rasanya dapat lolos dari cubitan atau marahan yang sejak dari tadi kukhawatirkan.  Kami pun menuju tempat duduk kami , di pojok kiri belakang kelas. Sebelum duduk seperti biasa kubersihkan tempat dudukku, yang mungkin saja ada debunya. Setelah itu aku pun berdoa dan disusul dengan Yani, karena dia masih sibuk menyapa teman – teman wanita.  Tak lama, mentor pun keluar dari kelas , setelah kami memberi salam yang dipandu oleh ketua kelas kami, Meno. Dia sangat periang, dan tidak malu – malu. Pantas saja, dia diangkat oleh kakak kelas dulu saat mengikuti MOS, untuk menjadi ketua kelompok kami , yang diberi nama oleh pantia penerimaan siswa baru yaitu PUBLISHER. Setelah MOS, kami pun diputuskan untuk menjadi kelas Sepuluh Tiga.

Kukeluarkan majalah KARTINI, majalah khusus wanita yang kubawa dari rumah. Majalah itu milik ibuku yang tadi pagi sengaja kuambil dari rak majalah dan Koran – Koran di ruang keluarga. Kehidupan kami dapat dikatakan bercukupan. Ayahku bekerja di Kapal Cepat Jurusan Tulehu – Masohi. Dan Ibuku adalah seorang guru di salah satu SMP Suli di kabupaten Maluku Tengah.
**********
Kubuka halaman 107 yang memuat tentang Astrologi atau ilmu perbintangan dan peramalan. Sambil terus mendengar ocehan Yani tentang tugas – tugasnya yang belum tuntas, aku terus melanjutkan membolak – balik halaman majalah. Yani memang selalu cerewet untuk mengomentari sesuatu yang selalu dianggap tak beres olehnya. Alhasil aku hanya menjadi pendengar setia dari ocehan Yani.

“ Yapzz… ini dia yang aku cari” kataku yang sempat mengangetkan Yani, sambil menunjuk halaman Astrologi. Kucari zodiakku yang bergambar Kambing bertanduk panjang dan berasal dari gunung , Capricornus. Dengan teliti kubaca ramalan astrlogi untuk orang yang berzodiak Capricornus seperti aku, yang terlahir tanggal 14 Januari 1996, sekitar 15 tahun silam.

“Capricornus ( 21 desember – 19 januari ). Ada kegembiraan yang baru saja anda alami pertengahan bulan ini.Kegiatan yang dirintis mulai beberapa waktu lalu membuahkan hasil manis, sekalipun kecil. Satu hal, jangan remehkan persoalan. Perlu lebih ramah  agar hubungan menjadi lebih luwes. “ bacaku dengan teliti sambil senyum sendiri.

 “ Kebahagian apanya….tadi pagi saja aku mendapat malu, dan kesakitan gara – gara dihukum.” komentarku memprotes ramalan astrologi yang kuanggap salah dan keliru.

“ DASAR……. Ramalan Bohongan…..” tertawaku sambil terus membolak balik halaman  majalahku. Yani pun ikut tertawa sambil terus mamandangiku.

“ Pinjam majalahnya yah… aku ingin membaca ramalan zodiakku.” Rengek manja Yani sambil menarik majalahku.Yani adalah seorang gadis berzodiak  AQUARIUS, bergambar air yang tumpah dari dalam guci. Setelah mengambil majalah yani pun membaca ramalannya.

Sejenak Yani pun membacanya dengan teliti. Ian pun tertawa dengan tawa khasnya. Menurut ramalan zodiaknya, ia akan mendapat kebahagiaan dalam waktu dekat. ‘’ Jangan terlalu percaya pada ramalan “ kataku pada Yani.

“ Tenang saja, ini Cuma untuk hiburan saja kok ….!!” yani berusaha meyakinkanku sambil tersenyum kecil.

Bel listrik berbunyi, pertanda jam pelajaran pertama dan kedua telah usai. Kami sekelas menuju kelas Sepuluh Delapan yang berhadapan dengan ruang kelas kami. Kelas Sepuluh Delapan adalah Ruang Matematika I. Sambil menuju ruang matematika, kami bercanda kecil, mengingat kejadian sewaktu dihukum tadi.

“ Coba saja kita tidak tidur sampai larut malam, pasti tadi kita  tidak akan dihukum “  sesalku sambil terus meneruskan langkah.

“ Aku juga begitu, andai saja semalam aku tidak menonton film, sampai kemalaman “ ungkap Yani menanggapi pembiacaraanku.

Memasuki Ruang Matematika, kami masih tetap bersama. Guru Matematika pun masuk ke kelas, dan meminta catatan Satuan Radian yang ditugaskan seminggu yang  lalu. Aku kembali panik, begitupun Yani. Tadi pagi, aku lupa membawa buku catatan matematika, karena buru – buru dan takut terlambat. Untungnya kami masih diberi kesempatan untuk mengumpulkan catatan senin pagi, sebelum pelajaran pertama dimulai.

‘’Terlambat itu membuat masalah’’ gumamku, sambil memandangi Yani. Dia hanya tertawa kecil, sembari mengikat rambut merahnya yang sudah berantakan dan membersihkan lensa kacamatanya dengan tissue.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar